Assalamu'alaikum

Just another WordPress.com weblog

pEnDiDiKaN DiDuNiA iSLam jauh terbelakang???

Bulan Februari 2008 lalu, kita tahu bahwa Bank Dunia telah mengeluarkan laporan mereka yang menganalisa tentang pendidikan di Dunia Islam. Laporan yang berjudul Reformasi Pendidikan di Afrika Utara dan Timur Tengah [1] menyimpulkan bahwa kualitas pendidikan di Dunia Arab tertinggal jauh di belakang region lain dan memerlukan reformasi yang penting dan segera jika region ini ingin mengentas masalah pengangguran.

 

Laporan tersebut mengatakan bahwa tingkat pengangguran rata-rata di Dunia Arab mencapai 14% [dari 100% usia kerja], yang lebih tinggi ketimbang wilayah lain di dunia, kecuali Afrika Sub-Sahara, dan teritorial khusus Palestina yang mencapai tingkat tertinggi, yang hampir mencapai 26%.

Pejabat senior Bank Dunia, Marwan Muasher yang berkontribusi di dalam laporan tersebut mengatakan, reformasi pendidikan selalu beriringan dengan perkembangan ekonomi, terutama disebabkan oleh populasi usia muda yang sangat tinggi di region tersebut. “Ia adalah region yang berisi banyak sekali orang usia muda – 60% dari populasi region tersebut berusia di bawah 30 tahun, diperlukan sekitar 100 juta lowongan pekerjaan baru yang harus diciptakan di Dunia Arab selama 10 hingga 15 tahun ke depan,” jelasnya. “Jika kita ingin menciptakan pekerjaan seperti itu, maka kita harus memulainya dengan pendidikan.”

Studi lain yang dilakukan pada bulan Januari oleh Organisasi Pendidikan Kebudayaan dan Keilmuan Liga Arab (Arab League Educational Cultural and Scientific Organisation) yang berbasis di Tunisia menemukan bahwa 30% dari sekitar 300 juta warga Dunia Arab, tidak bisa baca-tulis.

Dunia Islam tidak memberikan kontribusi apapun terhadap ilmu pengetahuan (saintifik/alam) ataupun kontribusi apapun yang bersifat substansial di bidang teknologi. Hingga hari ini, negara-negara di wilayah tersebut berada di dalam kondisi suram dan anarki di mana para pemimpinnya mewarisi singgasana mereka seumur hidup dan memastikan warganya tetap berada di dalam kemiskinan dengan perhatian yang sangat rendah dalam hal pemenuhan kebutuhan pendidikan rakyatnya.

Laporan Bank Dunia juga mengonfirmasi bahwa negara-negara di region tersebut hanya menginvestasikan sekitar 5% dari GDP dan 20% dari anggaran belanja pemerintahan ke pos pendidikan selama lebih dari 40 tahun. Beberapa perkembangan memang terjadi di negeri-negeri seperti negara-negara Teluk dan Mesir, di mana banyak anak kecil yang diuntungkan oleh wajib belajar, dan peluang untuk melanjutkan pendidikan formal mereka. Hasil-hasil pembelajaran di negeri-negeri tersebut telah membaik dari apa yang dialami sebelum-sebelumnya.

Akan tetapi, region-region tersebut secara keseluruhan tidak melakukan yang terbaik yang dapat mereka lakukan dalam memanfaatkan akumulasi sumber daya manusia mereka. Tingkat pengangguran terutama tinggi di antara orang yang lulus (sarjana), dan sebagian besar segmen dari para pekerja terdidik (educated labour force) dipekerjakan oleh pemerintah. Tidak mengejutkan, bila hubungan antara akumulasi sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan, dan pengurangan kemiskinan di region ini, lemah.

Apa yang cerang penterang adalah bahwa para penguasa di Dunia Islam secara intelektual telah pailit, karena ia tidak memiliki visi (yang baik) bagi Dunia Islam, dan malah mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang telah berkontribusi terhadap menumpuknya permasalahan di tanah-tanah kaum Muslimin.

Keluarga kerajaan di Arab Saudi menghamburkan jutaan dollar tiap tahunnya di mall-mall perbelanjaan dan wisata keluarga ke luar negeri. Di Mesir, Husni Mubarak menghabiskan lebih banyak uang untuk membangun istana-istana ketimbang dihabiskan untuk kemanfaatan publik, sementara Yordania menghabiskn uang mereka lebih banyak di bidang energi yang dapat diperbaharui ketimbang untuk bidang kesejahteraan.

Pendidikan bukanlah sebuah prioritas bagi para penguasa di Dunia Islam saat ini. Sebagai hasilnya, muncullah angkatan kerja yang berketrampilan, yang sangat sedikit jumlahnya itu, yang bekerja di luar negeri ketimbang di Dunia Islam.

Di Barat, kurikulum-kurikulum pendidikan dikembangkan selaras dengan nilai-nilai sekuler mereka. Terutama bagi AS dan Inggris, perkembangan negeri mereka membutuhkan kantong-kantong pekerja yang berketrampilan, yang dapat berkontribusi kepada tujuan-tujuan nasional domestik dan kebijakan luar negeri.

Dunia Islam secara historis sangatlah unggul di bidang pendidikan dan telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi ilmu pengetahuan dan teknologi. Adalah kalangan Abbaisyah yang pertama-tama memformalisasi pendidikan di Dunia Islam, yang dengannya sekaligus men-setting berbagai dinamika yang dikenal oleh para sejarahwan sebagai Zaman Keemasan Islam, di mana perkembangan yang substansial terjadi di banyak sekali bidang saintifik dan sosial.

Para Khalifah suka sekali mengundang para ilmuwan, penyair, dokter/ahli kesehatan, dan filsuf yang mereka dukung, ke istana Kekhalifahan. Pembelajaran maju dan berkembang di seluruh spektrum iman, warna kulit, ras, dan suku, dengan tidak ada penghalang bagi mereka untuk melakukan pembelajaran.

Masjid bertindak sebagai lembaga pendidikan mendasar bagi Khilafah. Akan tetapi, akibat permintaan untuk pembelajaran semakin tumbuh, maka Madrasah (Pesantren) –sekolah era modern, mulai bermunculan. Sebelum periodee ini, pendidikan diajarkan di masjid-masjid dalam tata cara yang informal. Pada tahap-tahap awal ini, orang-orang yang haus pengetahuan ceenderung berkumpul di sekitar orang-orang Islam tertentu yang dikenal memiliki pengetahuan tinggi, luas, dan mendalam –para syeikh; dan para syeikh tersebut mulai untuk menggelar sesi pendidikan keagamaan secara teratur –yang biasa disebut sebagai majelis.

Dengan penciptaan madrasah-madrasah, maka muncullah Jami’a (universitas). Buku Guinness Book of World Records mengakui Universitas Al-Karaouine (Jami’at al-Qarawiyyin) di Fez, Maroko, sebagai universitas tertua di dunia, yang didirikan pada tahun 859 M. [2]

Universitas al-Azhar, yang didirikan di Kairo, Mesir, pada abad ke-10 Masehi, menawarkan gelar akademis di berbagai macam bidang, termasuk gelar pascasarjana, dan merupakan universitas pertama yang menggelar jenjang pendidikan hingga penuh (fully-fledged) [3].

Bentuk dari pendidikan Islam, pada akhirnya ditandingi oleh bangsa-bangsa Eropa, yang hingga saat ini masih dapat dijumpai banyak sekali persamaannya dengan pendidikan Islam. Istilah “Chair (Ketua)” di sebuah universitas, merefleksikan kata Arab “Kursi”, yang di atasnya sang ‘alim (guru) akan duduk dan mengajar para muridnya.

Istilah modern, “doctorate” di dalam bahasa Latin, yang diartikan sebagai “sebuah sertifikasi untuk mengajar”, sebenarnya telah ada jauh sebelum istilah tersebut dikembangkan dan ditransmisikan ke Eropa, yang merupakan terjemahan langsung dari bahasa Arab “Ijazat at-tadris.” Ijin untuk mengajar diberikan oleh seorang “‘alim,” setelah ia belajar (di Barat dikenal sebagai coursework) dengan bimbingan seorang “’alim”, dan setelah ia memecahkan sebuah masalah dengan meluarkan sebuah “fatwa” (sekarang ini disebut sebagai disertasi), kemudian mempertahankan fatwa tersebut di hadapan sebuah panel para guru (a panel of ‘alims).

Bahkan perayaan kelulusan zaman modern diadopsi dari perayaan Islami. Jubah yang dikenakan saat ini (toga), disebut sebagai “Jubba tul faqih,” dan diberikan ketika seorang ‘alim baru saja menerima ijazah-nya.

Khilafah juga telah menciptakan rumah sakit umum untuk yang pertama kalinya di dunia [4] dan rumah sakit jiwa, perpustakaan umum dan perpustakaan peminjaman [5], beasiswa untuk mendapat gelar akademik di universitas (di Barat dikenal dengan sistem fellowship), dan observatorium astronomi sebagai lembaga penelitian (berlawanan dengan zaman sebelum universitas muncul di dalam Islam, di mana banyak sekali pos observatorium yang dimiliki secara pribadi, sebagai hobi intelektual, bukan lembaga penelitian profesional).

Universitas pertama yang menerbitkan diploma adalah rumah sakit-sekaligus-universitas-kedokteran- Bimaristan [6] semenjak abad ke-9 Masehi, yang diploma-diploma kedokteranya diterbitkan bagi para pelajar kedokteran yang telah memenuhi kualifikasi untuk melakukan praktek kedokteran.

Sir John Bagot Glubb pernah menuliskan

“Di zaman Mamun (Khalifah Ma’mun), sekolah-sekolah kesehatan teramat sangat aktif di Baghdad. Rumah sakit umum yang gratis pertama kali dibuka di Baghdad pada masa Khalifah Harun al-Rasyid. Ketika sistemnya telah dikembangkan, para dokter dan ahli bedah ditunjuk untuk memberikan kuliah-kuliah kepada para pelajar kedokteran dan menerbitkan diploma-diploma bagi mereka yang dipandang berkualifikasi untuk melakukan praktek kedokteran. Rumah sakit pertama di Mesir dibuka pada tahun 872 Masehi dan setelahnya banyak rumah sakit umum bermunculan di seluruh kekaisaran, dari Spanyol dan Maghribi hingga Persia.”

Madrasah-madrasah juga merupakan sekolah-sekolah hukum yang pertama kali, dan banyak sekali ahli yang berpendapat bahwa “sekolah-sekolah hukum yang dikenal sebagai Inns of Court [7] di Inggris” mungkin konsepnya diambil dari Madrasah-Madrasah yang mengajarkan hukum-hukum dan yurisprudensi Islam [8].

Dasar dari sistem pendidikan di dalam Islam adalah untuk membudayakan rakyat dengan Islam, agar mereka memiliki keyakinan terhadapnya dan mengembannya ke seluruh penjuru dunia. Islam mewajibkan umat Islam untuk tidak sekedar menyatakan syahadat, tetapi juga untuk mengembangkan pembelajaran dan pembacaan terhadap Islam. Umat Islam di masa lalu mempelajari dan mendalami budaya Islam secara mendalam dengan kewaspadaan penuh dan pandangan yang jelas. Pengetahuan ini memperluas cakrawala mereka dan megembangkan persepsi mereka, yang memperkaya mentalitas mereka, dan membuat mereka guru-guru bagi orang lain.

Secara ringkas, umat Islam telah unggul di masa lalu dengan membuat Islam sebagai pusat faktor motivasi dalam perkembangan mereka. Hal ini telah membuat mereka menjadi super-power di masa mereka, berkontribusi sangat besar di ranah pendidikan dan disiplin-disiplin keilmuan. Satu-satunya jalan ke depan bagi Dunia Islam adalah mempelajari dari sejarahnya sendiri dan memahami apa yang dipahami oleh umat Islam terdahulu –bahwa keberhasilan di dalam kehidupan saat ini dan kehidupan akhirat nanti adalah hanya melalui Islam.

Mei 10, 2009 Posted by | PenDiDikAn | Tinggalkan komentar

FiSiKa

Fisika Awal
Sejak jaman dulu, manusia terus memperhatikan bagaimana benda-benda di sekitarnya berinteraksi, kenapa benda yang tanpa disangga jatuh keb bawah, kenapa benda yang berlainan memiliki sifat yang berlainan juga, dan sebagainya. Mereka juga mengira-ira tentang misteri alam semesta, bagaimana bentuk dan posisi bumi di tengah alam yang luas ini dan bagaima sifat-sifat dari matahari dan bulan, dua benda yang memiliki posisi penting dalam kehidupan manusia purba. Secara umum, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini mereka secara mudah langsung mengaitkannya dengan pekerjaan dewa. Akhirnya, jawaban yang mulai ilmiah namun tentu saja masih terlalu berspekulasi, mulai berkembang. Tentu saja jawaban ini kebanyakan masih salah karena tidak didasarkan pada eksperimen, bagaimanapun juga dengan begini ilmu pengetahuan mulai mendapat tempatnya. Fisika pada masa awal ini kebanyakan berkembang dari dunia filosofi, dan bukan dari eksperimen yang sistematis.

[sunting] Kontribusi Islam
Saat itu kebudayaan didominasi oleh Kekaisaran Roma, ilmu medik dan fisika berkembang sangat pesat yang dipimpin oleh ilmuwan dan filsuf dari Yunani. Runtuhnya Kekaisaran Roma berakibat pada mundurnya perkembangan ilmu pengetahuan di dataran Eropa. Bagaimanapun juga kebudayaan di timur tengah terus berkembang pesat, banyak ilmuwan dari Yunani yang mencari dukungan dan bantuan di timur tengah ini. Akhirnya ilmuwan muslim pun berhasil mengembangkan ilmu astronomi dan matematika, yang akhirnya menemukan bidang ilmu pengetahuan baru yaitu kimia. Setelah bangsa Arab menaklukkan Persia, ilmu pengetahuan berkembang dengan cepat di Persia dan ilmuwan terus bermunculan yang akhirnya dengan giatnya memindahkan ilmu yang telah ada dari kebudayaan Yunani ke timur tengah yang saat itu sedang mundur dari Eropa yang mulai memasuki abad kegelapan.
Diperoleh dari “http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_fisika

Mei 10, 2009 Posted by | PenDiDikAn | Tinggalkan komentar

waHai,Apakah itu cinta??

Aku memandang nyalang, pada manusia lalu lalang
Kulihat, tanpa sedikitpun segan, mereka menggamitkan jemari tangan
Kata cinta menguar di angkasa, menghayutkan gemawan mega
Mangaburkan keindahan bintang gemintang, panji dan agungnya bentara
Namun di sini, berdiri aku dalam keraguan
Tak mengerti dan terus bertanya :
Apakah segalon cinta lebih manis ketimbang sececap cita?
Dan apakah bahagia terwujudi harus dengan dimiliki?
Dan apakah seorang pangeran hanya dapat menjadi raja,
Pabila mempersandingkan permaisuri di sisinya?

Dan tanya itu menggiringku masuk ke dalam labirin tua
Lorong pekat penuh lembap yang dindingnya berkeropeng dusta
Penuh tipu daya, tiap simpangannya menyesatkan pengelana
Aku ikuti setitik cahya, dan kulihat jawab di ujungnya

Aku bertanya lantang, “Wahai, apakah itu cinta?”
Kulihat sepasang muda-mudi bergelayutan mesra
Sang gadis tertawa mengikik, sang pemuda menggeliat laknat
Sahutnya, cinta adalah hari ini
Yang tergantikan segera oleh hari esok
Dia adalah kesenangan yang berkelindan selalu
Birahi yang terpuaskan, nikmat yang berseliweran
Aku tercenung, dan terus termenung
Jika cinta adalah pesta pora, lalu apa arti cerita Majnun
Cinta baginya adalah kisaran derita
Tetapi Majnun hanya tahu itu cinta, walau dia buta
Oh, betapa takdir cintanya berakhir nestapa

Aku berpaling dari mereka yang mencemooh nakal
Lalu aku pergi menuju ujung lain lorong teka-teki
Kuikuti suara-suara merdu, tawa, dan musik syahdu
Walau gelap pekat, suara itu menuntunku pasti
Dan akhirnya kulihat panggung megah berdiri kokoh
Dipenuhi penyair dan pujangga sepanjang masa

Dadaku serasa bergolak, aku menyeruak dan berteriak, “Wahai apakah itu cinta?”
Seorang pujangga menoleh, berdiri, dan menjawab panggilanku lalu mulai bersyair,
Cinta adalah roman tanpa batas
Inspirasi yang takkan mati; Api yang takkan padam
Yang geloranya membuatmu remuk redam
Tapi, bagai kecanduan, kau akan terus menyesapnya
Membuatmu merasa terbang menuju menuju mentari yang menyala perkasa
Sekali lagi, keraguan menyelinap dan membisik
Mestikah begitu, sebab kulihat nyala sangat redup
Menyambangi jalinan pernikahan yang suci
Gairah sejoli telah berakhir, tapi tidak memupus ikatannya
Tapi mereka masih menyebutnya cinta
Walau madunya telah habis, Sang kumbang masih hinggap di atas kembang

Aku melengos tak puas, dan berjalan tak tahu ke mana
Kususuri lorong berliku, begitu panjang jalanan, begitu terjal undakan
Dan pada satu tangganya, kulihat seorang pengemis renta mengharap derma
Dia berkata, “berikanlah milikmu yang terbaik, dan kusampaikan kebijaksanaanku”
Aku sebenarnya tak ingin percaya, tapi kakiku terlalu letih mencari jawab
Kuulurkan sebongkah batu mirah sembari bertanya, “Wahai, apakah itu cinta?”

Si pengemis diam dalam takzim, dan menjawab,
Cinta adalah menghamba tanpa bertanya
Ketaatan tanpa memerlukan jawaban
Kau memuja, dan menjadikan dirimu budak dengan sukarela
Kata-kata cinta adalah perintah yang tiada terbantah
Aku terpekur dan tak henti berpikir
Jika cinta merupakan penghambaan, lalu apa arti cinta Ilahi?
Dia yang menurunkan hujan, dan lebih agung dari apapun jua
Dia yang memberikan rizki kepada orang paling durjana sekalipun
Dia yang mencintai makhluk-Nya, dan tak memerlukan apapun dari makhluk-Nya

Aku merasa rugi atas permata yang terbuang percuma
Ini bukanlah kebijaksanaan; melainkan kedunguan!
Cinta si pengemis selamanya menjadikan dirinya pengemis
Yang mengiba, meminta, dan mengharap sejumput kasih
Jika ini dinamakan cinta, maka terkutuklah kata cinta!
Aku muak atas pencarian ini, lalu memutuskan keluar
Labirin tua tak lagi mengurungku, dan bau laut seakan memanggilku
Ini adalah aroma kebebasan yang menarik para pemberani
Dan seperti cerita lama, aku berlayar menuju samudera berombak, –sendiri
Angin kencang membantu lajuku, dan kapalku menuju horizon di tapal batas
Mencari dunia baru untuk ditaklukkan
Di ujung dek aku berteriak penuh kegembiraan
Walau kegembiraan itu kadang dibayar oleh rasa hampa di tengah lautan
Oh, tahun-tahun berselang; musim-musim berganti datang
Waktu-penuh-kenangan yang berkandung duka dan suka
Namun, pada suatu hari yang mengejutkan
Badai datang menenggelamkan apa yang tersisa
Aku lihat puing-puing yang karam, dan onggokan
Sementara aku hanyut ditemani tongkang yang terombang-ambing
Entah mengantarkanku ke mana

Di suatu tempat, saat aku membuka mataku
Aku rasai pasir lembut yang harum baunya
Dan riak ombak bermain-main di sekujur tubuhku
Apakah ini tanah orang- orang mati, ataukah aku masih hidup?
Oh, betapa hausnya aku…seteguk air akan mengobatiku
Dan, aku lihat sesosok datang mendekat
Sorot matanya menatapku lekat
Lalu menuangkan seteguk air pada bibirku yang kekeringan sangat
Pandanganku terasa kabur, dan dunia terasa berputar begitu cepat
Aku berharap dia adalah malaikat tak bersayap yang memberikan jawab
Aku merasa maut sebentar lagi menjemput,
Jadi tak ada salahnya bertanya, toh rasa malu akan terbawa lalu
Setelah sekian lama, sekali lagi aku bertanya, “Wahai, apakah itu cinta?”

Dia termangu,dan hanya tersenyum
Untuk menenangkan jiwaku yang sekarat, dia menatapku lembut
Dan kata-kata bagai menetes dari mulutnya
Kata-kata serasa madu yang manisnya teringat selalu, Jawabnya :
Cinta bukanlah benda untuk dimiliki
Tetapi tindakan untuk diperjuangkan
Cinta adalah kebaikan tanpa imbalan
Pernahkah mentari bertanya padamu atas sinarnya yang terang
Dan pernahkah pepohonan meminta jawaban atas keteduhannya
Jika kau memberikan segelas air pada orang asing,
Dan dia tak berhutang padamu apapun
Itulah cinta.
Bagaikan petani, kau menanam benihnya
Lalu orang lain memakan buahnya, menghilangkan rasa laparnya
Tetap ingatlah, cinta adalah pilihan hatimu
Bukan keterpaksaan dari rasa takut
Sebab cinta tidak pernah membuatmu merasa kehilangan
Dia terus membuat hatimu merasa kaya
Namun, sungguh dunia telah tercerai berai,
Dan manusia menjadi tersesat oleh makna cinta
Tergelincir keserakahan, cinta menjadi memabukkan
Untuk memiliki, bukannya memberikan
Untuk menguasai, bukannya mengasihi
Jika cinta tinggallah nafsu diri belaka
Yang tersisa hanyalah kerusakan semata
Tiada peduli sesama; Semuanya mengagungkan diri jua
Orang menamakannya cinta; tapi itu hanyalah dusta

Hari itu, aku tahu
Bahwa perjalananku bukannya berakhir,
Tetapi baru saja dimulai

Lalu aku mengatup mata
Dan mulai mendoa
Untuk satu pilihan kata di hati.

Mei 10, 2009 Posted by | PuIsIqWu | Tinggalkan komentar

KeKaSiH rInDuKU

wahai malam……….
jangan kau redupkan sinar dihatinya
tuk slalu menjadi cahaya cinta dihatiku
ungkap segala gundah dan resah dalam jiwa
mekarkan bunga-bunga kerinduan dalam asmara

wahai sepi………
jangan kau sembunyikan cintanya dariku
karna yang kuharap besar sayangnya kepadaku
bangunkan rindu yang resah dalam kalbu
usik lamunan di gelap asa yang tak mengaku

wahai dingin……..
jangan kau bekukan kerinduan di antara kami
karna dia slalu hadir dalam mimpi-mimpi
getarkan dawai-dawai cinta dalam hati
nyanyikan desir angin di tiap sudut sepi

wahai kekasih……
berikan aku setangkai kelembutan jiwa
tuk mampu ungkap tirai-tirai asa tersisa
sampaikan ungkap jiwa dalam relung-relung rindu
kepadamu……….
wahai kekasih rinduku…….

Mei 10, 2009 Posted by | PuIsIqWu | Tinggalkan komentar

jAwAbAn WaKtu

Ragaku yang terduduk dalam lamunku kini
tiada menorehkan senyuman abadi lagi
Hatiku yang telah kau iris dengan luka dalam
hingga tertembus jantung ini kini tiada menangis lagi
Yang terekam manis sekarang hanyalah status palsu yang selalu kujunjung tinggi pada tiap pemerhatiku
Aku tersesat pada hatiku sendiri karena kerelaan akan melepasmu pergi tuk menebus segala dosamu padaku
Namun saat akan ku cari jalan keluar
mengapa terjadi pesimpangan yang tiap artinya berbeda akan hatiku?
Suatau masa depan cerah tanpa dirinya
atau hanya hidup dalam kesalahan yang selalu membekas di hati
Dalam kebimbangan raga dan pikiranku
yang selalu tertuju pada sisi terburuk,
cahaya jalan penerangNya perlahan mulai mampu menerangi jalanku
Walau sampai sekarangpun ku hanya mampu berharap,kini ku hanya bisa menjalankannya sambil menunggu jawaban waktu

Mei 10, 2009 Posted by | PuIsIqWu | Tinggalkan komentar

AkHiR cErIta

_bintang yang ku tunjuk
cahayanya perlahan berubah kelam
hancur jatuh berantakan
padahal belum sempat ku utaraka sajak-sajak cinta yang tercipta karenanya

_taman langit seolah suram
petang tak benderang tak membuat hatiku berteman.,

_bintang hati telah lebur terganti
namun tiada arti
sajak ku suram tak ada setitik terang

_mungkin inikah akhir cerita cinta di tengah malam terhias purnama menyatu dalam angin melantun pilu

_purnama itu terluka,bercucur air mata di tahan dengan senyum sayup merekat dengan cinta dalam pertemuan di iringi sepatah kata

“ini yang terbaik” bisikmu

_daun menari sendu angin melantun pilu perpisahan memang harus tercipta

_malam merapat pulang
di tengah sesal jalan ku kini terkikis kelam.

Mei 10, 2009 Posted by | PuIsIqWu | Tinggalkan komentar

…LoVe Far…

Chairil Anwar

Cintaku Jauh Di Pulau

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”

Amboi ! Jalan sudah bertahun ku tempuh !
Perahu yang bersama ‘kan merapuh !
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku ?!

Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

( 1946 – dipetik secara bebas oleh Imnogman )

Mei 10, 2009 Posted by | PuIsIqWu | Tinggalkan komentar

keLaHiRan NABI MUHAMMAD

Perkawinan Abdullah dengan Aminah – Abdullah wafat –
   Muhammad lahir disusukan oleh Keluarga Sa’d – Kisah
   dua malaikat – Lima tahun selama tinggal di pedalaman
   – Aminah wafat – Di bawah asuhan Abd’l-Muttalib –
   Abd’l-Muttalib wafat – Di bawah asuhan Abu Talib –
   Pergi ke Suria dalam usia dua belas tahun- Perang
   Fijar – Menggembala kambing – Ke Suria membawa
   dagangan Khadijah – Perkawinannya dengan Khadijah

USIA Abd’l-Muttalib sudah  hampir  mencapai  tujuhpuluh  tahun
atau   lebih   tatkala  Abraha  mencoba  menyerang  Mekah  dan
menghancurkan Rumah Purba. Ketika itu  umur  Abdullah  anaknya
sudah duapuluh empat tahun, dan sudah tiba masanya dikawinkan.
Pilihan Abd’l-Muttalib jatuh kepada Aminah bint Wahb  bin  Abd
Manaf  bin Zuhra, – pemimpin suku Zuhra ketika itu yang sesuai
pula usianya dan mempunyai kedudukan terhormat. Maka  pergilah
anak-beranak  itu hendak mengunjungi keluarga Zuhra. Ia dengan
anaknya menemui Wahb dan melamar puterinya.  Sebagian  penulis
sejarah  berpendapat,  bahwa  ia  pergi  menemui  Uhyab, paman
Aminah, sebab waktu itu ayahnya sudah  meninggal  dan  dia  di
bawah  asuhan  pamannya.  Pada hari perkawinan Abdullah dengan
Aminah itu, Abd’l-Muttalib  juga  kawin  dengan  Hala,  puteri
pamannya.  Dari perkawinan ini lahirlah Hamzah, paman Nabi dan
yang seusia dengan dia.

Abdullah dengan Aminah  tinggal  selama  tiga  hari  di  rumah
Aminah,  sesuai  dengan  adat  kebiasaan  Arab bila perkawinan
dilangsungkan di rumah keluarga pengantin puteri. Sesudah  itu
mereka  pindah  bersama-sama  ke  keluarga Abd’l-Muttalib. Tak
seberapa lama kemudian Abdullahpun  pergi  dalam  suatu  usaha
perdagangan  ke  Suria  dengan  meninggalkan isteri yang dalam
keadaan hamil. Tentang ini masih terdapat beberapa  keterangan
yang  berbeda-beda:  adakah  Abdullah kawin lagi selain dengan
Aminah;  adakah  wanita  lain  yang  datang  menawarkan   diri
kepadanya?     Rasanya    tak    ada    gunanya    menyelidiki
keterangan-keterangan semacam ini. Yang pasti  ialah  Abdullah
adalah  seorang  pemuda  yang tegap dan tampan. Bukan hal yang
luar biasa jika ada wanita lain yang ingin  menjadi  isterinya
selain  Aminah. Tetapi setelah perkawinannya dengan Aminah itu
hilanglah harapan yang lain walaupun  untuk  sementara.  Siapa
tahu,   barangkali   mereka  masih  menunggu  ia  pulang  dari
perjalanannya ke  Syam  untuk  menjadi  isterinya  di  samping
Aminah.

Dalam  perjalanannya  itu  Abdullah  tinggal  selama  beberapa
bulan. Dalam pada itu ia pergi juga ke Gaza dan kembali  lagi.
Kemudian  ia  singgah  ke  tempat  saudara-saudara  ibunya  di
Medinah sekadar beristirahat sesudah merasa letih selama dalam
perjalanan.  Sesudah itu ia akan kembali pulang dengan kafilah
ke Mekah. Akan tetapi kemudian ia menderita  sakit  di  tempat
saudara-saudara  ibunya  itu.  Kawan-kawannyapun  pulang lebih
dulu meninggalkan dia. Dan merekalah yang menyampaikan  berita
sakitnya itu kepada ayahnya setelah mereka sampai di Mekah.

Begitu  berita sampai kepada Abd’l-Muttalib ia mengutus Harith
– anaknya yang sulung – ke  Medinah,  supaya  membawa  kembali
bila  ia  sudah  sembuh.  Tetapi  sesampainya  di  Medinah  ia
mengetahui bahwa Abdullah sudah meninggal dan sudah dikuburkan
pula,   sebulan   sesudah   kafilahnya   berangkat  ke  Mekah.
Kembalilah Harith kepada keluarganya dengan  membawa  perasaan
pilu  atas  kematian  adiknya itu. Rasa duka dan sedih menimpa
hati Abd’l-Muttalib, menimpa hati Aminah, karena ia kehilangan
seorang  suami  yang  selama  ini  menjadi harapan kebahagiaan
hidupnya. Demikian juga Abd’l-Muttalib sangat sayang kepadanya
sehingga penebusannya terhadap Sang Berhala yang demikian rupa
belum pernah terjadi di kalangan masyarakat Arab sebelum itu.

Peninggalan Abdullah sesudah  wafat  terdiri  dari  lima  ekor
unta,  sekelompok  ternak kambing dan seorang budak perempuan,
yaitu Umm Ayman – yang kemudian menjadi pengasuh  Nabi.  Boleh
jadi   peninggalan   serupa  itu  bukan  berarti  suatu  tanda
kekayaan; tapi  tidak  juga  merupakan  suatu  kemiskinan.  Di
samping  itu  umur  Abdullah yang masih dalam usia muda belia,
sudah mampu bekerja dan berusaha mencapai kekayaan. Dalam pada
itu  ia  memang tidak mewarisi sesuatu dari ayahnya yang masih
hidup itu.

Aminah sudah hamil, dan kemudian, seperti  wanita  lain  iapun
melahirkan.  Selesai  bersalin  dikirimnya berita kepada Abd’l
Muttalib  di  Ka’bah,  bahwa  ia   melahirkan   seorang   anak
laki-laki.  Alangkah gembiranya orang tua itu setelah menerima
berita. Sekaligus ia teringat kepada Abdullah anaknya. Gembira
sekali  hatinya  karena  ternyata pengganti anaknya sudah ada.
Cepat-cepat ia menemui menantunya itu,  diangkatnya  bayi  itu
lalu  dibawanya  ke  Ka’bah. Ia diberi nama Muhammad. Nama ini
tidak umum di kalangan orang Arab tapi cukup dikenal. Kemudian
dikembalikannya  bayi  itu  kepada  ibunya. Kini mereka sedang
menantikan orang yang akan menyusukannya  dari  Keluarga  Sa’d
(Banu  Sa’d),  untuk  kemudian  menyerahkan anaknya itu kepada
salah seorang dari mereka, sebagaimana sudah menjadi adat kaum
bangsawan Arab di Mekah.

Mengenai  tahun  ketika  Muhammad  dilahirkan,  beberapa  ahli
berlainan pendapat. Sebagian besar mengatakan pada Tahun Gajah
(570  Masehi).  Ibn  Abbas mengatakan ia dilahirkan pada Tahun
Gajah itu. Yang lain berpendapat  kelahirannya  itu  limabelas
tahun sebelum peristiwa gajah. Selanjutnya ada yang mengatakan
ia dilahirkan beberapa hari  atau  beberapa  bulan  atau  juga
beberapa  tahun  sesudah  Tahun  Gajah. Ada yang menaksir tiga
puluh tahun, dan ada  juga  yang  menaksir  sampai  tujuhpuluh
tahun.

Juga para ahli berlainan pendapat mengenai bulan kelahirannya.
Sebagian besar mengatakan ia dilahirkan bulan Rabiul Awal. Ada
yang  berkata lahir dalam bulan Muharam, yang lain berpendapat
dalam bulan Safar, sebagian lagi menyatakan dalam bulan Rajab,
sementara yang lain mengatakan dalam bulan Ramadan.

Kelainan  pendapat itu juga mengenai hari bulan ia dilahirkan.
Satu pendapat mengatakan pada malam kedua  Rabiul  Awal,  atau
malam   kedelapan,   atau   kesembilan.  Tetapi  pada  umumnya
mengatakan, bahwa dia dilahirkan pada tanggal duabelas  Rabiul
Awal. Ini adalah pendapat Ibn Ishaq dan yang lain.

Selanjutnya   terdapat   perbedaan   pendapat  mengenai  waktu
kelahirannya, yaitu siang atau malam, demikian  juga  mengenai
tempat  kelahirannya di Mekah. Caussin de Perceval dalam Essai
sur  l’Histoire  des   Arabes   menyatakan,   bahwa   Muhammad
dilahirkan bulan Agustus 570, yakni Tahun Gajah, dan bahwa dia
dilahirkan di Mekah di rumah kakeknya Abd’l-Muttalib.

Pada  hari  ketujuh  kelahirannya  itu  Abd’l-Muttalib   minta
disembelihkan   unta.   Hal   ini  kemudian  dilakukan  dengan
mengundang makan masyarakat Quraisy. Setelah mereka mengetahui
bahwa  anak  itu  diberi  nama Muhammad, mereka bertanya-tanya
mengapa ia tidak suka memakai nama nenek  moyang.  “Kuinginkan
dia akan  menjadi  orang  yang Terpuji,1  bagi Tuhan di langit
dan bagi makhlukNya di bumi,” jawab Abd’l Muttalib.

Aminah masih menunggu  akan  menyerahkan  anaknya  itu  kepada
salah  seorang  Keluarga  Sa’d  yang  akan menyusukan anaknya,
sebagaimana sudah menjadi kebiasaan  bangsawan-bangsawan  Arab
di    Mekah.    Adat   demikian   ini   masih   berlaku   pada
bangsawan-bangsawan  Mekah.  Pada   hari   kedelapan   sesudah
dilahirkan  anak  itupun  dikirimkan  ke  pedalaman  dan  baru
kembali pulang ke kota sesudah ia berumur delapan atau sepuluh
tahun.  Di  kalangan  kabilah-kabilah  pedalaman yang terkenal
dalam menyusukan ini di antaranya  ialah  kabilah  Banu  Sa’d.
Sementara masih menunggu orang yang akan menyusukan itu Aminah
menyerahkan anaknya kepada Thuwaiba, budak perempuan pamannya,
Abu  Lahab. Selama beberapa waktu ia disusukan, seperti Hamzah
yang juga kemudian disusukannya. Jadi  mereka  adalah  saudara
susuan.

Sekalipun  Thuwaiba hanya beberapa hari saja menyusukan, namun
ia tetap memelihara hubungan yang baik sekali selama hidupnya.
Setelah  wanita  itu  meninggal  pada tahun ketujuh sesudah ia
hijrah ke Medinah,  untuk  meneruskan  hubungan  baik  itu  ia
menanyakan  tentang  anaknya yang juga menjadi saudara susuan.
Tetapi kemudian  ia  mengetahui  bahwa  anak  itu  juga  sudah
meninggal sebelum ibunya.

Akhirnya  datang  juga  wanita-wanita  Keluarga Sa’d yang akan
menyusukan itu ke Mekah. Mereka memang mencari bayi yang  akan
mereka  susukan.  Akan  tetapi  mereka  menghindari  anak-anak
yatim. Sebenarnya mereka masih mengharapkan sesuatu jasa  dari
sang  ayah.  Sedang  dari  anak-anak yatim sedikit sekali yang
dapat mereka harapkan. Oleh karena itu di  antara  mereka  itu
tak  ada  yang  mau  mendatangi Muhammad. Mereka akan mendapat
hasil yang lumayan bila mendatangi keluarga yang dapat  mereka
harapkan.

Akan tetapi Halimah bint Abi-Dhua’ib yang pada mulanya menolak
Muhammad, seperti yang lain-lain juga, ternyata tidak mendapat
bayi  lain  sebagai gantinya. Di samping itu karena dia memang
seorang  wanita  yang  kurang  mampu,  ibu-ibu  lainpun  tidak
menghiraukannya.  Setelah  sepakat  mereka  akan  meninggalkan
Mekah. Halimah berkata kepada Harith bin Abd’l-‘Uzza suaminya:
“Tidak  senang  aku pulang bersama dengan teman-temanku tanpa
membawa seorang bayi. Biarlah aku pergi kepada anak yatim  itu
dan akan kubawa juga.”

“Baiklah,”  jawab  suaminya.  “Mudah-mudahan  karena itu Tuhan
akan memberi berkah kepada kita.”

Halimah  kemudian  mengambil  Muhammad  dan  dibawanya   pergi
bersama-sama   dengan   teman-temannya   ke   pedalaman.   Dia
bercerita, bahwa sejak diambilnya anak itu ia merasa  mendapat
berkah.   Ternak   kambingnya   gemuk-gemuk   dan   susunyapun
bertambah. Tuhan telah memberkati semua yang ada padanya.

Selama dua tahun Muhammad tinggal di  sahara,  disusukan  oleh
Halimah  dan  diasuh oleh Syaima’, puterinya. Udara sahara dan
kehidupan pedalaman yang  kasar  menyebabkannya  cepat  sekali
menjadi  besar,  dan  menambah  indah  bentuk  dan pertumbuhan
badannya. Setelah cukup dua tahun dan  tiba  masanya  disapih,
Halimah  membawa  anak  itu  kepada  ibunya  dan  sesudah  itu
membawanya kembali ke  pedalaman.  Hal  ini  dilakukan  karena
kehendak  ibunya,  kata sebuah keterangan, dan keterangan lain
mengatakan karena kehendak Halimah sendiri. Ia dibawa  kembali
supaya  lebih  matang,  juga  memang  dikuatirkan  dari adanya
serangan wabah Mekah.

Dua tahun lagi anak itu tinggal  di  sahara,  menikmati  udara
pedalaman  yang  jernih  dan bebas, tidak terikat oleh sesuatu
ikatan jiwa, juga tidak oleh ikatan materi.

Pada masa itu, sebelum usianya  mencapai  tiga  tahun,  ketika
itulah  terjadi  cerita  yang  banyak dikisahkan orang. Yakni,
bahwa  sementara  ia  dengan  saudaranya  yang  sebaya  sesama
anak-anak   itu  sedang  berada  di  belakang  rumah  di  luar
pengawasan keluarganya, tiba-tiba anak yang dari Keluarga Sa’d
itu   kembali   pulang  sambil  berlari,  dan  berkata  kepada
ibu-bapanya: “Saudaraku yang dari Quraisy  itu  telah  diambil
oleh  dua  orang  laki-laki  berbaju  putih.  Dia dibaringkan,
perutnya dibedah, sambil di balik-balikan.”

Dan tentang Halimah ini ada juga diceritakan,  bahwa  mengenai
diri  dan suaminya ia berkata: “Lalu saya pergi dengan ayahnya
ke  tempat  itu.  Kami  jumpai  dia  sedang  berdiri.  Mukanya
pucat-pasi. Kuperhatikan dia. demikian juga ayahnya. Lalu kami
tanyakan: “Kenapa kau, nak?” Dia menjawab: “Aku didatangi oleh
dua  orang  laki-laki berpakaian putih. Aku di baringkan, lalu
perutku di bedah. Mereka mencari sesuatu di dalamnya. Tak tahu
aku apa yang mereka cari.”

Halimah dan suaminya kembali pulang ke rumah. Orang itu sangat
ketakutan, kalau-kalau anak itu sudah kesurupan. Sesudah  itu,
dibawanya  anak  itu  kembali  kepada  ibunya  di  Mekah. Atas
peristiwa ini Ibn Ishaq  membawa  sebuah  Hadis  Nabi  sesudah
kenabiannya. Tetapi dalam menceritakan peristiwa ini Ibn Ishaq
nampaknya  hati-hati  sekali  dan   mengatakan   bahwa   sebab
dikembalikannya  kepada  ibunya bukan karena cerita adanya dua
malaikat itu, melainkan – seperti cerita Halimah kepada Aminah
–  ketika  ia di bawa pulang oleh Halimah sesudah disapih, ada
beberapa orang Nasrani  Abisinia  memperhatikan  Muhammad  dan
menanyakan   kepada   Halimah  tentang  anak  itu.  Dilihatnya
belakang anak itu, lalu mereka berkata:

“Biarlah kami bawa anak ini kepada raja kami di  negeri  kami.
Anak  ini  akan menjadi orang penting. Kamilah yang mengetahui
keadaannya.” Halimah lalu cepat-cepat menghindarkan diri  dari
mereka  dengan  membawa  anak  itu.  Demikian juga cerita yang
dibawa oleh Tabari, tapi  ini  masih  di  ragukan;  sebab  dia
menyebutkan   Muhammad   dalam   usianya   itu,  lalu  kembali
menyebutkan  bahwa  hal  itu  terjadi   tidak   lama   sebelum
kenabiannya dan usianya empatpuluh tahun.

Mei 10, 2009 Posted by | Free | Tinggalkan komentar

LIBERTY..???

Patung Liberty, kebanggaan dan simbol Kota New
York, ternyata bukan dibuat di New York. Patung tersebut, yang ternyata di
desain oleh pemahat Prancis, Frederic-Auguste Bartholdi pertama kali dibangun
dan disusun di Prancis pada tahun 1874. Patung Dewi Kemerdekaan tersebut
dipersembahkan oleh rakyat Prancis kepada rakyat Amerika, sebagai hadiah ulang
tahun kemerdekaan Amerika yang ke-100.
Setelah
selesai dibuat di Prancis, patung tersebut dibongkar, dan dikemas dalam 200
muatan besar untuk dikirim ke Amerika. Patung Liberty selanjutnya disusun
kembali di Bedloe’s Island di mulut pelabuhan Kota New York. Sedemikian lama
proses pengepakan ini, hingga patung Liberty baru bisa diresmikan pada tanggal
28 Oktober 1886, sepuluh tahun setelah HUT kemerdekaan Amerika yang ke-100.
Dengan
tinggi 46 meter dan berat 204 ton, Patung Liberty berdiri diatas landasan
setinggi 46 meter. Bagian dalamnya diisi oleh rangka baja, sementara bagian
luarnya dibuat dari plat tembaga. Rangka baja patung Liberty, dibuat dan
dirancang oleh Gustave Eiffel, orang yang juga merancang dan membangun Menara
Eiffel.

Mei 10, 2009 Posted by | Free | Tinggalkan komentar

SoEmPaH pEmOeDa

28 Oktober 1928 Sumpah pemuda
dan jalan menuju Revolusi Kemerdekaan

Hendrikus Colijn mantan Menteri Urusan Daerah Jajahan, kemudian Perdana Menteri Belanda. Veteran perang Aceh dan bekas ajudan Gubernur Jenderal van Heutz. Sekitar tahun 1927 – 1928, pernah mengeluarkan pamflet yang menyebut Kesatuan Indonesia sebagai suatu konsep kosong. Katanya, masing-masing pulau dan daerah Indonesia ini adalah etnis yang terpisah-pisah sehingga masa depan jajahan ini tak mungkin tanpa dibagi dalam wilayah-wilayah.[1]

Bukan suatu kebetulan, bahwa pernyataan Colijn tersebut memunculkan Kongres Pemuda yang kedua pada tgl 28 Oktober 1928 di Batavia, dimana diikrarkan Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa. Peristiwa ini kita kenang sebagai hari Sumpah Pemuda.

Sejak tahun 1915 telah berdiri sejumlah besar organisasi kepemudaan bersifat kedaerahan, seperti Tri Koro Darmo yang kemudian menjadi Jong Java (1915), Jong Sumatranen Bond (1917), Jong Islamieten bond (1924), Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun dan Pemuda Kaum Betawi. Namun semua organisasi tersebut bersifat kedaerahan dan kelompok khusus. Yang mungkin sedikit berbeda adalah Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang berdiri setelah selesai Kongres Pemuda I pada tahun 1926. PPPI merupakan wadah pemuda nasionalis radikal non kedaerahan. Tokoh-tokohnya adalah Sigit [2], Soegondo Djojopoespito, Suwirjo, S. Reksodipoetro, Muhammad Yamin, A. K Gani, Tamzil, Soenarko, Soemanang, dan Amir Sjarifudin. Atas prakarsa PPPI kongres ke II diadakan.

Dalam penerbitan P.I (koran Pemoeda Indonesia) no 8 tahun 1928, terdapat artikel dengan judul “KERAPATAN PEMOEDA-PEMOEDA INDONESIA”. Disitu dijelaskan :

sebagaimana yang telah diwartakan dalam P.I no.6 dan 7, di Jacatra telah diadakan kerapatan besar Pemoeda-pemoeda Indonesia pada tanggal 27 dan 28 Oktober. Pimpinan kerapatan ialah terdiri dari wakil-wakil, Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia, Pemoeda Indonesia, Pemoeda Soematera, Jong Java, Jong Celebes, Jong Batak Pemoeda Kaum Betawi, Jong Islamieten Bond (JIB) dan Sekar Roekoen. Selanjutnya juga diberitakan bahwa kerapatan dikunjungi beratus-ratus orang, dimana bagi siapa yang menyaksikan sendiri akan berbesar hati karena pemoeda-pemoeda kita bukan baru mencita-citakan saja, tapi telah tegak berdiri dipusat persatuan dan kebangsaan . Dalam kesempatan inipun telah diperdengarkan untuk pertama kali kepada umum oleh Pemoeda W.R.Soepratman, lagu INDONESIA RAJA [3]

Dalam POETOESAN CONGRES PEMOEDA-PEMOEDI INDONESIA, tercatat bahwa Poetra dan Poetri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia. Poetra dan Poetri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. Poetra dan Poetri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Sebagai realisasi penyatuan ini, pada tanggal 31 Desember 1930 jam 12 malam, Jong Java, Perhimpunan Pemoeda Indonesia, Jong Celebes, Pemoeda Soematra (awalnya bernama Jong Sumatranen Bond) telah berfusi menjadi satu dan membentuk Perkoempoelan “INDONESIA MOEDA”.

Para anggota panitia Kongres Pemuda ke II [4] terdiri dari pemuda-pemudi Indonesia yang dikemudian hari amat berperan dalam gerakan pemuda yang memperjuangkan kebangsaan dan kemerdekaan. Diantaranya terdapat nama, Soegondo Djojopoespito dari PPPI (ketua), Djoko Marsaid dari Jong Java (wakil ketua), Muhammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond (Sekretaris), Amir Sjarifudin dari Jong Sumatranen Bond (bendahara), Djohan Mu.Tjai dari Jong Islamieten Bond. Kontjosoengkoeno dari P.I, Senduk dari Jong Celebes, J.Lemeina dari Jong Ambon dan Rohyani dari Pemoeda Kaum Betawi. Panitia didukung tokoh-tokoh senior seperti Mr.Sartono, Mr.Muh Nazif, A.I.Z Mononutu, Mr.Soenario. Dalam kongres ikut berbicara tokoh-tokoh besar kebangsaan lainnya seperti S. Mangoensarkoro, Ki Hadjar Dewantoro dan Djokosarwono .

Hadir sebagai undangan sekitar 750 orang dimana terdapat nama-nama yang kemudian terkenal seperti Kartakusumah (PNI Bandung), Abdulrachman (B.O Jakarta), Karto Soewirjo (P.B Sarekat Islam), Muh. Roem, Soewirjo, Sumanang, Masdani, Anwari, Tamzil, AK Gani, Kasman Singodimedjo, Saerun (wartawan Keng Po), WR Supratman. Dari Volksraad yang hadir adalah Soerjono dan Soekawati dan dari pihak Pemerintah Hindia Belanda yang hadir adalah Dr.Pyper dan Van der Plas [5].

Jelas bahwa kongres pemuda ke II dimana diikrarkan Sumpah Pemuda bukan pekerjaan dalam sedikit waktu saja, dan terang juga bukan hasil usaha dari beberapa gelintir orang saja[6]. Hal ini merupakan perjuangan panjang sejak Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908. Bahkan ada sebuah peristiwa lainnya yaitu ketika tahun 1904 Dr A,Rivai lulus ujian dokter sebagai Nederland Arts di Utrecht Belanda, pupus sudahlah anggapan jelek bahwa bangsa Indonesia itu “Laksheid”. Kata ini amat sakit didengar karena berarti pemalas, tidak punya kemauan bekerja atau berbuat sesuatu.

Setelah Indonesia muda terbentuk, berarti pemuda Indonesia memiliki organisasi kepemudaan nasional yang solid, kuat dan bercita-cita menuju kemerdekaan yang lebih pasti. Anggota IM terdiri dari semua pemuda seperti anak-anak SLP, SLA, sekolah khusus, kejuruan sederajat dan mahasiswa. Sejak tahun 1931 kongres demi kongres diadakan sehingga lebih menampakkan eksistensinya. Nyatanya memang IM tidak berafiliasi dengan partai politik.

Sejarah kemudian membuktikan bahwa modal kejuangan diatas amat penting artinya pasca penjajahan Jepang (1942-1945), dimana api Revolusi Kemerdekaan mulai dinyalakan dengan kesadaran adanya kesatuan dan persatuan kebangsaan yang bermotifkan pantang untuk dijajah kembali oleh kekuatan asing apapun bentuknya. Proklamasi Kemerdekaan mengawali “Revolusi Pemoeda”, dan berahir ketika penjajah terahir di Indonesia yaitu Imperium Belanda menyatakan pengakuannya pada Kemerdekaan Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 Desember 1949. Tidak sampai 1 tahun kemudian, RIS bubar dan Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk kembali pada tanggal 17 Agustus 1950.

 
Foot Note

  1. H.Colijn. Koloniale vraagstukken van heden en morgen.Amsterdam : De Standard. 1928, hal 59-60. Pernyataan ini amat sakit buat hati para pemuda. Soekarno dan Sjahrir segera bereaksi. Dikatakannya : Usaha untuk kembali memisahkan orang Indonesia satu sama lain sebagai orang Jawa, orang Sunda, atau orang Sumatera adalah suatu rekayasa jahat, divide et impera, suatu muslihat yang khas Colijnialism
  2. Sigit ketua pertema dan Soegono ketua kedua.
  3. Koran P.I.no.8 tahun 1928.
  4. Kongres kedua diadakan pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928. Resminya ada 3 kali rapat. Yang pertama dan kedua pada tanggal 27 Oktober 1928, mengambil tempat di gedung Katholieke Jongelingen Bond dan gedung Oost Java Bioskop. Yang terahir pada tanggal 28 Oktober 1928, minggu malam senin bertempat di gedung Indonesisch Clubgebouw (IC), Kramat 106 Jakarta.
  5. Yayasan Gedung Bersejarah, 45 tahun Sumpah Pemuda, 1974, hal 59-60
  6. Hanifah Abu, renungan tentang sumpah pemuda.dalam Bunga rampai Soempah Pemoeda. Balai Pustaka.
 Sumpah Pemuda Sumpah Pemuda merupakan sumpah setia hasil rumusan Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia atau dikenal dengan Kongres Pemuda II, dibacakan pada 28 Oktober 1928. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai “Hari Sumpah Pemuda”.

ISI
PERTAMA
. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.

KEDOEA
. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia.

KETIGA
. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia.

Kongres Pemuda II
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, ketua PPI Soegondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia Raya” karya Wage Rudolf Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.

Mei 10, 2009 Posted by | Free | Tinggalkan komentar